![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5c536XwuOeZuM_ypzphu4bcleLfETR4sOxrK2VsbyYKbXoiee5erCIFZX8J4WGreTb3fv4USve7G9Ylyb5J78rKrVDZIIjKnZlHYnX48NJglpC_GdgmJiZxHdCOUtMajdAe9pDT7G7L4/s640/2374170283+-+Copy.jpg)
Tanpa gempa bumi, tsunami tiba-tiba datang memporakporandakan sejumlah wilayah di Banten dan Lampung Selatan pada Sabtu (22/12) sekitar pukul 21.30 WIB.
Peristiwa mengejutkan ini menyebabkan 281 orang meninggal, 57 hilang, dan 1.016 orang terluka. Angka ini belum termasuk kerusakan material seperti rumah, hotel, dan fasilitas umum.
Sehari setelah tsunami, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Rudy Suhendar, menduga aktivitas Gunung Anak Krakatau sebagai pemicu gelombang tinggi yang menerjang wilayah Banten dan Lampung Selatan.
Benarkah?
1. Gunung Anak Krakatau meletus beberapa menit sebelum tsunami
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpgrq-QdJm9JI7fJPkap-X4VTugJIJtLQmf5N9pesP_GjSORVevm9KMakERYdlOobszuxTtzn1IILE0S_Biv7agDnbAbyVxU0YsAKu6g1u0onKaA42KFYHE0ri94MU4EiTnlPskWgaJ28/s640/antarafoto-letusan-gunung-anak-krakatau-231218-pras-5-3e5d8371c6c9601ebab00fca996bae40.jpg)
Rudy menyebutkan Gunung Anak Krakatau meletus pada Sabtu (22/12) pukul 21.03 WIB. Beberapa menit kemudian, tepatnya pada pukul 21.27 WIB, gelombang tsunami menerjang wilayah Banten dan Lampung Selatan.
Longsoran bawah laut akibat meletusnya Gunung Anak Krakatau inilah yang diduga menjadi pemicu tsunami yang menerjang wilayah Banten dan Lampung Selatan.
2. Belum pasti karena Gunung Anak Krakatau
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEha4evXpVvB3RkOkJ0HVMYntd2CosDzPObvnl7ORNVaQjd76OMmJ06fyCX7IuXvCzCTEb5b57dHit6DXkVJ24osQLeK49Siq72Y-64yzbkFBzOHi8cEna1KiX7Al-1x4msXifFCrUaYCSA/s640/antarafoto-letusan-gunung-anak-krakatau-231218-pras-4-3b4095c72d48646c4c84ed4a8dc95ed8+-+Copy.jpg)
Meski begitu, Rudy mengatakan penyebab pasti tsunami masih terus diselidiki. Sebab bukan kali ini Gunung Anak Krakatau menggeliat.
Sebab, menurut Rudy, getaran tremor tertinggi Gunung Anak Krakatau sudah terjadi sejak Juni 2018, namun tidak pernah menimbulkan gelombang tinggi apalagi tsunami.
3. Membutuhkan runtuhan yang cukup besar untuk memicu tsunami
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhI8AvYjHyI9px4VzD_6olKwfTCtYTkk_6MO87gioedS99bXJ2Z0godhXi-52QaANb4c8Rk1JTYeTWq-BT6m_vgizZZJnUCNOtvyJeqF3FMBt5F2qYdnfHi1X-kFgJdDIniXew412JbWIs/s640/antarafoto-letusan-gunung-anak-krakatau-231218-pras-1-b58e72ee200adb0bf8316802c683ae03+-+Copy.jpg)
Menurut Rudy, untuk menimbulkan tsunami yang terjadi seperti pada Sabtu malam kemarin, diperlukan runtuhan yang cukup besar (masive).
Runtuhan besar yang masuk ke dalam kolom laut ini sangat berpotensi memicu tsunami. Namun, untuk meruntuhkan material yang besar itu membutuhkan energi yang juga besar.
Nah, energi besar inilah yang tidak tercatat oleh seismograph di pos pengamatan gunungapi.
Karena itu Rudy mengatakan pihaknya belum bisa memastikan apakah aktivitas Gunung Anak Krakatau sebagai pemicu tsunami yang terjadi di Selat Sunda.
Baca Juga: 3 Ekor Paus Pembunuh Berenang dengan Seorang Wanita